Menggugah Semangat “Pamekasan Hebat” di Hari Jadi Ke-490 Pamekasan (3)

PAMEKASAN HEBAT – Panembahan Ronggosukowati merupakan sosok yang menjadi panutan bagi rakyat Pamekasan, karena dikepemimpinan beliaulah, Pamekasan makmur dan sejahtera serta disegani dan dihormati hampir semua lapiran masyarakat di kabupaten ini. Nama harum Ronggosukowati tetap melekat di hati dan sanubari warga Pamekasan hingga kini.

Raja Islam pertama di Pamekasan ini dimakamkan di Jalan Ronggosukowati, tepatnya di sebelah barat Pasar Tradisional Kolpajung (yang dulunya merupakan lokasi kolam Si Ko’ol). Dilihat dari gerbangnya saja sudah di ketahui bahwa lokasi itu merupakan tempat keramat, dari corak arsitekturnya terdapat ornamen China seperti ukiran buka teratai emas yang terletak di pintu gerbang luarnya, dan atap nya lebih condong kepada corak Hindu.

Setelah masuk lebih dalam sedikit, maka terdapat banyak sekali makam, akan tetapi itu semua merukan areal pemakan umum, kecuali memang ada beberapa kuburan kuno, salah satunya yakni kuburan yang berada di pojok sebelah timur, yang merupakan kuburan Kiai Pamorogen. Ia merupakan guru ngaji Putra Pangeran Ronggosukowati.

Selanjutnya jika lebih kedalam lagi, akan ada gapura yang berdiri kokoh, bentuk gapura di bagian dalam hampir mirip dengan gapura peninggalan Kerajaan Majapahit. Hal itu tidak mengherankan karena Keraton Mandilaras merupakan kerajaan Islam bernuansa Majapahit. Di lokasi itulah para putra Pangeran Ronggosukowat di makamkan, yakni di sebelah barat adalah makam Raden Jimat, kemudian di tengah merupakan makam Raden Pacar, kemudian agak ke timur sedikit, adalah makam Pangeran Purboyo.

Pangeran Agung Zimat dan Raden Ayu Pacar adalah Putra Pangeran Ronggosukowati dengan Ratu Inten atau Raden Ayu Kumala Intan yang merupakan keturunan Raden Paku atau Sunan Giri. Akan tetapi Raden Ayu Pacar wafat di usia muda, sehingga tidak dapat meneruskan perjuangan Ayahandanya.

Makam Pangeran Agung Zimat

Makam Pangeran Agung Zimat, Putra Pangeran Ronggosukowati dengan Ratu Inten atau Raden Ayu Kumala Intan yang merupakan keturunan Raden Paku atau Sunan Giri. (sumber blog Farhan Hidayat)

Jika kita perhatikan makam Pangeran Agung Zimat dan Raden Ayu Pacar, akan nampak jelas peninggalan prasasti Majapahit yang merupakan kerajaan bercorak Hindu-Budha, dari ukiran badan makam yang menyerupai ornamen candi. tapi, bentuk nisannya sudah bercorak Islam, begitupun dengan makam Raden Ayu Pacar, meski sudah ada bagian yang rusak karena di makan usia, tapi peninggalan sisa-sisa majapahitnya masih nampak jelas.

Dari kedua makam putra Pangeran Ronggosukowati tersebut memiliki corak Hindu dan Islam, kecuali makam Raden Purbaya, yang sudah bernuansa Islam.

Menurut keterangan Juru Kunci pemakaman, Haji Tahir, Pangeran Purboyo merupakan keturunan Pangeran Ronggosukowati dengan seorang Selir yaitu Rato Ebu Bangkalan.

Akan tetapi keterangan ini sangat lemah, karena menurut sumber sejarah lain, salah satunya Babad Sampang, di dalamnya terdapat keterangan bahwa Ratu Ebu atau yang kita kenal dengan sebutan Syarifah Ambami merupakan Istri Pangeran Cakraningrat I, sebagaimana skema silsilah ini.

sumber blog Farhan Hidayat

Dari skema diatas menyebutkan bahwa Pangeran Ronggosukowati memiliki hubunagn darah dengan Ken Arok (1222-1247) Raja Singosari dengan gelar Rajasa Sang Amuwabumi dan merupakan keturunan Raja Majapahit pertama, yakni Raden Wijaya (1328-1350) yang bergelar Kertarajasa Jayawadhana.

Jadi sangat wajar ketika Mataram berhasil menguasai Majapahit, dan hendak meperluas daerah kekuasaannya. Seluruh kerajaan di Madura termasuk salah satunya adalah Pamekasan tidak mau tunduk dan tetap mempertahankan kekuasaan dan budaya Majapahit sebagai budaya warisan, bersatunya seluruh kerajaan di Madura dilatar belakangi karena semua Raja tersebut masih memiliki hubungan kekeluargaan, yakni sama-sama keturunan Majapahit.

Selanjutnya akan kita temui gapura ketiga, yaitu tempat raja Ronggosukowat berserta Istrinya Ratu Inten dimakamkan, letak makam Raja terletak di tengah, bentuk arsutektur kuburannya pun berbeda dengan kuburan yang lain, hal ini dimaksudkan untuk membedakan kuburan Raja dengan kuburan yang lain dan sebagai bentuk penghormatan kepada sang Raja.

Makam Penembahan Ronggosukowati

Kuburan Panembahan Ronggosukowati terletak lebih tinggi dan berada dalam bagunan yang dihias oleh ukiran kayu. Bentuk makamnya terlihat amat besar dan megah seperti tiga buah makam yang di satukan secara bertingkat, bentuk arsiteknya bercorak hindu dan Islam. Corak Hindu terpat pada bentuk badan makam, dan corak keislamannya di ketahui dengan melihat batu nisannya.

Makam Raden Ayu Kumala Intan

Di sebelah kanan makam Panembahan Ronggosukowati terdapat makam istrinya, yakni Ratu Inten. Yang sudah bercorak Islam.

Penempatan makam tersebut bukan tanpa alasan. Jika kita lihat secara keseluruhan, maka dapat diketahui bahwa penempatan letak maka-makam tersebut seperti barisan perang atau posisi catur, dimana prajurit diletakkan di bagian depan, selanjutnya merupakan barisan para panglima, patih atau Putra Mahkora, selanjutnya di bagian akhir merupakan posisi Sang Raja.

Foto bersama Bupati Pamekasan Baddrut Tamam dengan pimpinan OPD di lingkungan Pemkab Pamekasan seusai acara peringatan Hari Jadi Ke-490 Kabupaten Pamekasan pada 3 November 2020.

Bupati Pamekasan dari Masa ke Masa
01). Panembahan Ronggo Sukowati (1530 hingga 1616)
02). Pangeran Purboyo & Pangeran Jimat (1616 hingga 1624)
03). Pangeran Megatsari (1624).
04). R. Kanoman/R.T.A. Wirosari/ Ghung Seppo Sumenep (1685).
05). R. Dhaksena/R.T.A Adikoro I (1685 hingga 1708).
06). R. Sasena/R.T.A. Joyonegoro (1708).
07). R. Asral & R.T.A Adikoro II (1708 hingga 1737).
08). R. Sujono & R.T.A Adikoro III (1737 hingga 1743)
09). R. Ismail & R.T.A Adikoro IV (1743 hingga 1750)
10). R.T.A. Adiningrat (1750 hingga 1752)
11). R. Alsari & RTA. Cokroadiningrat I & Ghung Seppo Pamekasan (1752-1800)
12). R. Alsana & RTA Cokroadiningrat II/ Ghung Tenga (1800-1804)
13). R. Palgunadi & Pangeran Mangku Adiningrat (1804 hingga 1842)
14). R. Banjir & Pangeran Adipati Arya Surya Kusumo Raganata (1842-1854)
15). R. Ario Moh. Hasan (1854 hingga 1891).
16). R. Ario Abdul Aziz & Pangeran Mangunadiningrat (1891 hingga 1922).
17). R. Abdul Jabbar & R. Adipati Ario Kertoamoprojo (1922 hingga 1934).
18). R. Adipati Abdul Aziz & R. Adipati Ario Mangkuadiningrat (1934-1942).
19). R. Zainal Fattah & R. Tumenggung Notoadikusumo (1942-1950).
20). R. Hairuddin Harjokusumo (1951 hingga 1959)
21). R. Moh. Hanafia (1959 – 1960)
22). R. I. Abdul Rahem (1960 hingga 1968)
23). Letkol CPM R. Haliudin (1969 hingga 1974)
24). Letkol Moh. Tamyis (1974 hingga 1976).
25). Letkol Inf Moh. Toha (1976 hingga 1982)
26). H. Hadiatullah (1983 hingga 1993).
27). Drs. H. Subagio (1993 hingga 1998)
28). Drs. H. Dwiatmo Hadiyanto M.Si. (1998 hingga 2003).
29). Achmad Syafii Yasin M.Si – Kadarisman Sastrodiwirjo M.Si. (2003-2008)
30). Dr. KH. Kholilurrahman – Kadarisman Sastrodiwirjo M.Si. (2008-2013)
31). Drs. H. Achmad Syafii Yasin- Kholil Asy’ari (2013-2017)
32). Drs. H. Kholil Asy’ari (14 Agustus 2017 hingga 22 April 2018)
33). Moh. Alwi (Pelaksana harian) (22 April 2018 hingga 24 Mei 2018)
34). Fattah Jasin (Penjabat) (24 Mei 2018 hingga 24 September 2018)
35). H. Badrut Tamam S.Psi & Raja’e S.HI ( 24/11/2018 hingga 24/11/2023) (Bersambung ke Bagian-4)

Baca Juga Artikel Lainnya:

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s