
PAMEKASAN HEBAT – Komunikasi pada dasarnya tidak hanya soal penyampaian informasi akan tetapi lebih penting dari itu adalah berbagi kesepahaman dengan tujuan mempersuasi (to persuade). Media massa tidak hanya sebagai teman bicara (interlocutor), dan tempat berlalu lalangnya informasi, akan tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.
Pemikiran ahli media massa Marshal McLuhan ini yang nampaknya menjadi inspirasi bagi Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, untuk menguatkan literasi di kalangan pemuda, dan mahasiswa di Kabupaten Pamekasan. Sehingga, bupati menyatakan, akan memberikan honor bagi para pemuda dan mahasiswa yang suka menulis baik artikel ilmiah ataupun karya tulis yang dimuat di media massa.
Melalui program tersebut, Baddrut berharap kelak muncul para penulis-penulis handal di kabupaten dengan slogan “Gerbang Salam” ini. “Saya ini pernah hidup dari menulis. Saya ingin menciptakan atmosfir intelektual bagi para pemuda dan mahasiswa. Nanti akan kami verifikasi dan yang bagus akan diberi honor oleh Pemkab Pamekasan,” ujarnya bupati muda ini, seperti dilansir bangsaonline.com, Jumat (16/11/2018).
Kebijakan mendorong pemuda dan mahasiswa melek literasi ini sangat beralasan, mengingat, pada peran media sebagai interlocutor, komunikasi yang dibangun tidak bersifat top down semata, yakni dari pemerintah kepada publik saja, akan tetapi juga bersifat button up, yang menjadi model ideal dalam hal merumuskan kebijakan publik. Dan ini, sesuai dengan cita ideal yang diinginkan Bupati Baddrut Tamam dan wakilnya Raja’e, yakni membangun tata kelola pemerintah yang baik, bersih, dan bermartabat, berlandaskan nilai-nilai moral Islam yang mengharuskan penganutnya berbaik sangka (husnus dzan).
Baddrut Tamam, nampaknya menyadari, bahwa fungsi media dalam perkembangannya tidak saja menjadi kepanjangan tangan manusia, akan tetapi juga menyimpan kekuatan untuk mengubah prilaku manusia. Disisi lain, kebijakan memberikan honor kepada pemuda dan mahasiswa yang produktif menulis karya ilmiyah, seperti opini dan artikel di media massa ini, sebagai bentuk komitmen bupati dan cara efektif dalam mengarahkan mereka yang memiliki pemikiran bagus dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi di era revolusi industri 4.0 ini.
Memulai dengan Contoh

Ajakan “melek literasi” Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, bukan sebatas ajakan belaka, akan tetapi ia memberikan contoh secara langsung kepada generasi muda dan mahasiswa di Pamekasan. Ini dibuktikan dengan hasil karya ilmiah berupa buku dan tulisan opini di media massa.
Setidaknya sudah ada dua karya ilmiah hasil karya Bupati Pamekasan Baddrut Tamam yang dipublikasi, yakni berupa buka dan artikel. Buku berjudul “Pesantren, Nalar dan Tradisi, Geliat Santri Menghadapi ISIS, Terorisme dan Transnasionalisme Islam” dengan pengantar KH A Mustofa Bisri ini, diterbitkan oleh Pustaka Pelajar pada Juli 2015. Buku setebal 162 halaman dengan ISBN: 978-602-229-490-0 ini membahas seputar peran pesantren dulu, dan di era global saat ini. Kajian filsafat hermeneutika, sebagai upaya membuka ruang inklusif dan mengarahkan pembaca buku agar memahami perbedaan berfikir berdasarkan cara pengambilan keputusan, bahkan dibahas secara khusus dalam buku ini.
Gagasan untuk memberikan pendidikan pemikiran yang luas, dilakukan penulis buku, yakni Baddrut Tamam dalam buku itu, dengan tetap mengarahkan pembaca untuk menghargai tradisi lama bernilai bagus dan mengadopsi pemikiran, keilmuan dan tradisi baru lebih baik, sebagimana menjadi prinsip ahlussunnah wal-hamaah.
Karya ilmiah berupa opini yang ditulis langsung oleh Bupati Pamekasan Baddrut Tamam saat Peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2018. Artikel berjudul “Refleksi Hari Santri Nasional, Reposisi Pesantren dalam Sejarah” diterbitkan Koran Harian Jawa Pos.
Pada tulisan itu, Bupati Baddrut Tamam, mengupas tentang peran santri dan pesantren dalam ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, melalui resolusi jihad yang telah dicetuskan KH Hasyim Asy’ari kala itu.
Melalui ajakan meningkatkan hasil karya ilmiah kepada pemuda dan mahasiswa Pamekasan ini, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi perhatian sang bupati muda ini. Pertama, tradisi literasi di sebagian pemuda dan mahasiswa di Pamekasan memang lebih, sehingga perlu didorong untuk meningkatkan literasi.
Kedua, bupati mungkin saja memanggap, bahwa penyampaian aspirasi dalam bentuk karya ilmiah, lebih berkualitas, berkelas dan menunjukkan kesan ilmiah, apalagi dalam konteks Islam tradisi literasi (iqra) dan pembukuan para pemikir dan ilmuan Islam dalam sejaharnya memang menjadi pitu gerbang kemajuan Islam. Dengan cara ini, Baddrut sebenarnya ingin menunjukkan perhargaan yang tinggi kepada ilmuan, meskipun menyampaikan aspirasi di jalanan berupa demo tentu bukan hal yang dilarang.
Ketiga, ajakan bagi pemuda dan mahasiswa untuk meningkatkan karya ilmiah dan memberi honor kepada mereka, tentunya dengan kriteria media tertentu yang memang kridible, mainstream yang dimulai dari dirinya sendiri dengan memberikan contoh karya ilmiah dalam bentuk buku dan artikel/opini, menunjukkan yang bersangkutan sebagai pemimpin teladan, yakni memerintah dengan keteladanan. (REDAKTUR PAMEKASAN HEBAT)