PAMEKASAN HEBAT – Program wirausaha baru (WUB) yang dicanangkan Bupati Pamekasan Baddrut Tamam juga dirasakan oleh warga Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, Pamekasan. Salah satunya di Lembaga Kursus dan Pendidikan Al-Wahyuni.
Di lembaga yang terletak di Jalan Dusun Badung Tengah, Desa Larangan Badung ini, awalnya hanya membina kursus batik tulis Madura. Namun, kini sudah bisa memproduksi sarung tenun IKAT, berkat program WUB Pemkab Pamekasan.
“Saat itu kami mengutus beberapa orang untuk ikut kursus kerajinan tenun ke Kediri,” kata Ketua Yayasan di lembaga itu Hasbullah.
Setelah mengikuti kursus, mereka langsung bisa membuka praktik, setelah membeli alat tenun dari Kediri.
Ketua Yayasan Hasbullah beserta guru di lembaga ini menunjukkan secara detail kepada rombongan dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Pamekasan yang datang secara langsung ke lokasi itu cara produksi, cara membuat gambar dan tulisan pada sarung tenun, hingga teknik menyambung benang.
“Pengerjaannya rumit dan oleh karena itu, harganya lebih mahal dibanding sarung biasanya,” ujar operator LKP Al-Wahyuni Moh Hosnol Yakin Alamsyah.
Bagi Hosnol Yakin dan para pengurus di lembaga ini, program WUB yang dicanangkan Pemkab Pamekasan dibawah kepemimpinan Bupati Baddrut Tamam memiliki dampak ekonomi luar biasa bagi masyarakat. Sebab, program pemberdayaan yang dicanangkan benar-benar menyentuh kalangan masyarakat kecil di Pamekasan.
Apalagi, setelah pelatihan, pemkab masih memberikan pendampingan, mencarikan pemasaran dan memberikan pinjaman dengan bunga rendah yakni hanya satu persen, dari seharusnya enam persen. Izin usaha juga dibantu, sehingga pelaku usaha bisa bank cable, yakni bisa dijadikan agunan untuk mengajukan pinjaman ke pihak bank.
Hanya saja, karena masih pemula, lembaga ini belum bisa banyak memproduksi sarung tenun, apalagi, mesin tenunnya terbatas hanya tiga unit. Sarung yang ditenun juga belum dipasarkan, dan hanya untuk kalangan terbatas.

Lain cerita Hosnol, lain lagi cerita Sahaji Imron, warga Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Pamekasan.
Peserta program WUB untuk pembuatan songkok ini, malah kebanjiran pesanan, sejak ia selesai mengikuti pelatihan yang digelar pemkab melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pamekasan.
Awalnya ia hanya seorang penjahit dan tertarik mengikuti program WUB Pemkab Pamekasan, karena ingin memiliki pengetahui baru tentang pola memproduksi songkok.
Namun bagi Sahaji, keinginan tidak hanya sekadar keinginan. Malah ia menyukai dunia usaha baru yang ditekuninya. Selain mendapatkan bantuan mesin jahit dari Bank Jatim melalui Pemkab Pamekasan, semua kebutuhan songkok di lembaga pemerintahan dan bank itu juga dipesan pada peserta WUB, dan salah satunya milik Sahaji Imron ini.
“Songkok At-Tamam ini merupakan pemberian nama dari Bupati Pamekasan Baddrut Tamam dan saya langsung menerimanya, karena bagi saya nama itu anugerah,” tutur dengan wajah ceria kala itu.
Butuh Inovasi

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pamekasan mengapresiasi program andalan Bupati Baddrut Tamam tentang pembentukan 10.000 wirausaha baru, dan organisasi dagang itu bersedia membantu memasarkan produk hasil kerajinan pelaku usaha Pamekasan melalui jaringan Kadin yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Bagi kami, program pembentukan 10.000 wirausaha baru yang dicanangkan Bupati Pamekasan Baddrut Tamam ini luar biasa, sebab melalui program ini, ekonomi masyarakat akan lebih berdaya dan mandiri,” kata Ketua Kadin Pamekasan Suhartono kepada media Jumat (12/2/2021).
Program pembentukan wirausaha baru dengan target 10.000 orang pengusaha baru ini, merupakan program unggulan Baddrut Tamam yang mengantarkannya terpilihan sebagai Bupati Pamekasan pada pilkada 2018.
“Tono” sapaan karib Suhartono lebih lanjut menjelaskan, selain mampu menekan angka pengangguran, program pembentukan wirausaha baru itu, juga berpotensi mencipkan pelaku usaha mandiri yang pada akhirnya akan mampu menumbuhkan perekomian Pamekasan yang merata dan tersebar di semua desa dan kecamatan.
Melalui program ini, sebaran perputaran ekonomi di Pamekasan tidak akan hanya terpusat di perkotaan saja, akan tetapi juga ke desa-desa, apalagi pada saat yang sama, Pemkab Pamekasan juga menerapkan program desa tematik, yakni desa harus menetapkan tema pengembangan program berbasis potensi ekonomi desa.
Hanya saja, sambung Tono yang menjadi kendala bagi pelaku usaha baru peserta program wirausaha baru (WUB) Pamekasan saat ini pemasaran.
“Para pelaku wirausaha umumnya mengaku masih terkendala di bidang pemasaran, sehingga mereka belum bisa produksi lebih banyak, disamping beralatan. Ini sesuai dengan hasil kunjungan Kadin Pamekasan ke beberapa pelaku usaha kemarin,” ujar Tono.
Oleh karenanya, sambung dia, Kadin Pamekasan merasa terpanggil untuk ikut membantu mensukseskan program baik Bupati Baddrut Tamam itu dengan memanfaatkan jaringan Kadin Pamekasan, Provinsi dan Pusat.
“Jadi, dalam waktu dekat ini kami langsung kumpulkan para pelaku usaha, pemilik modal, perhotelan dan pelaku usaha jasa transportasi dan travel dan mendiskusikan hal ini dalam sebuah forum diskusi, termasuk pemangku kebijakan, sehingga aksinya akan lebih nyata dan terukur,” ujar Suhartono.
Selain pemasaran yang juga penting untuk diperhatikan oleh para pelaku usaha, termasuk peserta WUB, inovasi. Sebab, menurut “Tono” inovasi menjadi salah satu pendorong bagi pelanggan untuk membeli sebuah produk.
Pola “ATM” yakni amati, tiru dan modifikasi perlu dilakukan, agar tidak kalah dengan produsen lain. Identitas atau kekhasan daerah perlu juga ditonjolkan, sehingga bisa menjadi pembeda dengan produk-produk di luar daerah.
“Apa yang menjadi identitas Pamekasan itu yang harus ditonjolkan, dan perlu diketahui oleh masyarakat,” kata Tono. (Bersambung ke-4)
Baca Juga Artikel Lainnya tentang Pamekasan: