
PAMEKASAN HEBAT – Branding batik adalah cermin politik harapan (political hope) Pemkab Pamekasan, tak hanya di masa Badruttamam-Raja’ie, tapi juga di masa-masa sebelumnya, namun tak se kolosal era “Pamekasan Hebat” kini.
Batik adalah warisan kemanusiaan, budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of The Oral and Intangible Heritage of Humanity) yang ditetapkan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, adalah cermin harapan-harapan dalam suatu komunitas, dalam konteks ini adalah cermin harapan dan sosial budaya masyarakat Pamekasan.
Batik dapat mencerminkan kelas dan strata sosial, tergantung pada kualitas visual serta bahan yang mutlak memerlukan sentuhan design, dari batik tercermin pula yang mana batik bangsawan, yang mana (meminjam istilah Karl Marx) batik proletar atau kelas rakyat. [Baca Juga: Gebyar Batik Pamekasan Mulai Dilaunching Baddrut Tamam di Surabaya]
Pada hari Kamis 17 Januari 2019 saya merasa mendapat anugerah karena dapat menangkap pesan dari sebuah kebijakan politik Pemkab Pamekasan yang secara kolosal melakukan branding batik sekar jagad, anugerah itu bermula ketika saya diminta oleh salah satu sahabat untuk menemui sebagian pengrajin, juragan dan pedagang batik di pasar rakyat 17 Agustus Pamekasan, di sana salah satu pedagang batik menyiratkan bahwa batik yang saya pakai tidak berkelas, atau kelas rakyat, saya memang tak punya cukup pengetahuan tentang batik, sehingga saya cukup menimpalinya dengan senyum, di sanalah saya merasa “bercermin di pasar batik”.

Itulah anugerah, mendorong untuk belajar makna yang terkandung dalam seni batik. Motif sekar jagad sebagaimana promosi Pemkab Pamekasan mengandung makna keragaman, mengandung pula makna keindahan dan keanekaragaman bunga di seluruh dunia (Sekar: bunga, Jagad: dunia), dapat pula bermakna kecantikan dan keindahan sehingga yang memakainya penuh pesona. [Baca Juga: Perpaduan Batik dan Sapi Sono’ Sukses Hipnotis “Madura Eksotic Carnival 2018]
Karenanya kebijakan branding batik dapat dinilai sebagai upaya memberi sentuhan design dengan nuansa baru dan upaya membentuk citra agar hasrat serta imajinasi publik terbentuk untuk bangga melestarikan warisan kesenian budaya nusantara yang di dalamnya terkandung “cultural diversity”, identitas kekitaan yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Peran design, pemahaman terhadap dimensi filosofis pada seni batik, pengenalan aspek sejarah dan kultur terhadap masyarakat, khususnya kaum muda dalam industri batik sangat penting, karena ia mampu memengaruhi peradaban dan sosial budaya, tidak jadi soal pada awal-awal pemerintahan Pamekasan harus membuat sebuah kebijakan yang revolusioner seperti branding batik, karena menurut Sir Winston Churchill: “first we shape our building, then they shape us”.
Saat ini Pemkab Pamekasan sedang membentuk sebuah citra agar batik menjadi cermin sebuah budaya yang digandrungi, tidak hanya digunakan pada acara-acara formal, namun juga dapat elegan digunakan pada acara-acara santai, kita berharap kebijakan branding batik Pemkab Pamekasan dapat melampaui batas-batas imajinasi, sehingga kedepan kebijakan itu justru membentuk masyarakat. [Baca Juga: Bupati Ingin Nuansa Batik Ditonjolkan di Bangunan Kampung Batik]
Saya bercermin dari semua itu, bahwa dalam kebijakan politik batik terkandung cikal bakal lahirnya ilmu design, yang dapat membentuk kultur, dari kebijakan itu tercermin lapangan kerja dan kreativitas bagi anak muda Pamekasan, terbuka peluang yang sangat besar untuk berkarya agar batik dapat menjadi lifestyle, tinggal tangkap peluang lalu action.
Untuk itu, Pemkab Pamekasan beserta masyarakat punya tugas memacu terselenggaranya pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang serius, pentingnya sosialisasi, pentingnya pemahaman tentang hak kekayaan intelektual, bahkan pentingnya anak muda memahami aspek historis, sosio-kultural serta nilai-nilai filosofis yang terkandung sejak dini di balik seni batik, jika perlu dapat saja “Sejarah dan Budaya Batik Pamekasan” menjadi kurikulum pendidikan khusus di lembaga-lembaga pendidikan di Kabupaten Pamekasan, itupun hanya opini. Selamat bercermin……!!! (PAMEKASAN HEBAT)
*Penulis adalah pecinta batik dan alumni Pasca Politik Universitas Indonesia.