PAMEKASAN HEBAT – Kemerdekaan yang telah di raih bangsa ini merupakan hasil dari proses perjalanan panjang segenap elemen masyarakat. Proses perjuangan yang tidak mudah. Sebab penjajah datang ke Indonesia dengan kekuatan penuh, peralatan canggih yang didukung oleh sumber daya manusia yang lebih mumpuni dibanding rata-rata penduduk Nusantara kala itu.
Namun demikian, bukan berarti sumber daya yang bagus, serta peralatan militer yang tangguh menjadi penentu dalam mempertahankan kekuasaan penjajah di bumi ini. Semangat juang segenap elemen bangsa, serta keinginan yang sama untuk bebas dari kungkungan penjajah, mendorong semua pihak untuk bersatu padu membangun komitmen dalam naungan yang pada akhirnya menjadi nama dari beragam etnis, suku dan budaya di negeri yang diberi nama Indonesia.
Dari kalangan pemuda, gerakan komitmen untuk bersatu dan berjuang untuk membebaskan bangsa ini dari penjajah dikenal dengan gerakan sumpah pemuda. Gerakan yang tercatat dalam sejarah pada 28 Oktober 1928 ini yang menjadi inspirasi penggerak kelompok lain untuk bersatu padu, dan pada akhirnya menjadi kekuatan penopang gerakan dalam memperebutkan kemerdekaan.
Bertumpah darah satu, yakni tanah Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia, merupakan komitmen bersama yang pada akhirnya menggema dan menjadi perekat perjuangan dalam merebut kemerdekaan bangsa ini.
Pelan tapi pasti, beragam gerakan untuk menyatukan tekat dan komitmen terus berjalan dari hampir semua penjuru Nusantara. Di Jawa Timur, gerakan membangun semangat juang untuk bebas dari penjajah, terlahir dari gerakan resolusi jihad tokoh ulama yang dimotori oleh KH Hasyim Asy’ari dan sejumlah tokoh ulama lainnya.
Berjuang secara fisik merupakan salah upaya, selain melalui jalur diplomasi hingga akhirnya bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
Perayaan Kemerdekaan
Menyambut, memperingati dan memeriahkan kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia yang pengumumannya disampaikan pada 17 Agustus 77 tahun lalu itu, tentu merupakan keniscayaan.
Niscaya, karena kemerdekaan buka hadiah, akan tetapi merupakan upaya sadar yang dilakukan semua elemen bangsa pendahulu agar bebas dari penindasan kaum penjajah. Memperingati berarti mengenang kembali berbagai bentuk perjuangan yang telah dilakukan hingga tercapai hasil sesuai dengan keinginan.
Dalam konteks ini, memperingati atau memeriahkan Kemerdekaan RI bukan semata hanya menyambut dengan gembira atas kemerdekaan yang telah diraih bangsa ini, akan tetapi juga mengenang, mengambil hikmah dan mempelajari proses panjang yang dilakukan pendahulu, hingga akhirnya terwujud kemerdekaan.
Dasar pemikiran ini yang menjadi pijakan agar Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI dirayakan dengan meriah, dengan menghayati, mengkaji, dan menyempurnakan dari makna dan hakikat kemerdekaan.
Menurut Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, kemerdekaan yang diraih bangsa ini sebenarnya baru sebatas legal formal sebagai negara bangsa. Di sisi lain, masih banyak yang perlu terus diperjuangkan, agar kemerdekaan sejati terwujud dengan baik.
Kemiskinan, ketidakadilan, kekerasan, serta segala hal yang berorientasi pada nilai-nilai negatif dan merugikan pihak lain, merupakan bentuk lain dari penjajahan. Karena itu, tugas generasi penerus bangsa masa kini adalah menyempurnakan kemerdekaan yang telah diraih para pejuang pendahulu.
UMKM Berdaya
Bentuk ‘penjajahan’ masa kini yang menjadi persoalan bangsa dan perlu menjadi perhatian serius pemerintah adalah di bidang ekonomi. Jenis penjajahan ini, hampir terjadi di semua daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Pamekasan.
Data kemiskinan di kabupaten ini menunjukkan pada tahun 2019 sebanyak 122 ribu jiwa lebih atau 13,95 persen warga di kabupaten ini masuk kategori miskin. Pada tahun 2020 meningkat menjadi 129 ribu jiwa lebih atau 14,60 persen.
Menurut Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, jika persoalan ekonomi tidak diperhatikan, maka secara substantif, kondisi masyarakat sama halnya masih terjajah. Sebab, warga yang hidup dalam kondisi ekonomi tertekan adalah sama dengan terbelenggu.
“Karena itu, maka pada momentum HUT Kemerdekaan RI ini kami mengajak semua pihak agar bergotong royong dalam berupaya menghidupkan ekonomi,” katanya dalam keterangan pers yang disampaikan bupati seusai menghadiri upaya pengibaran bendera merah putih detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI di Mandhepa Agung Ronggosukowati Pamekasan pada 17 Agustus 2022.
Upaya menghidupkan ekonomi tersebut telah dilakukan Pemkab Pamekasan sejak 2018 melalui program ‘Sapu Tangan Biru’, singkatan dari sepuluh ribu pengusaha baru. Program ini merupakan salah satu dari lima program prioritas yang dicanangkan Bupati Baddrut Tamam selain pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan reformasi birokrasi.
Pemkab Pamekasan menargetkan membentuk sepuluh ribu pengusaha baru dalam kurun waktu lima tahun, dan mereka tersebar di semua desa dan kelurahan di Kabupaten Pamekasan. Hingga Juli 2022 telah terbentuk sebanyak 3.285 pengusaha baru. Mereka itu yang telah mengikuti program pelatihan wirausaha baru (WUB), yakni berupa pelatihan keterampilan berusaha yang digelar Pemkab Pamekasan.
Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTSP-Naker) Pemkab Pamekasan Supriyanto, program WUB itu tidak hanya sebatas pelatihan, akan tetapi hingga praktik pelaksanaan di lapangan.
Peserta yang mengikuti program tersebut dibina hingga sukses menjadi pelaku usaha, seperti pengurusan izin usaha, bantuan pemasaran, bantuan alat dan modal usaha.
Untuk bantuan alat usaha, pemkab bekerja sama dengan sejumlah perusahaan, memanfaatkan dana CSR (Corporate Social Responsibility), sedangkan bantuan modal melalui pinjaman modal usaha dengan bunga ringan, yakni hanya 1 persen.
Program bunga ringan ini, karena pemkab memberikan subsidi bunga lima persen, dan pelaku usaha peserta WUB hanya membayar bunga 1 persen.
Kemerdekaan Ekonomi
Akademisi dari Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat Pamekasan Matnin, M.EI menilai, program pemberdayaan ekonomi melalui pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dilakukan pemkab di bawah kepemimpinan Bupati Baddrut Tamam itu memiliki peran strategis dalam memajukan ekonomi masyarakat Pamekasan.
Hal itu, karena tulang punggung penggerak ekonomi masyarakat pada kelompok usaha mikro, sehingga jika kelompok usaha ini maju, maka ekonomi dalam sekala makro secara otomatis juga bergerak positif maju.
Selain itu, program pemerataan berbasis potensi desa yang dilakukan selama ini, menurut Matni juga efektif dalam memperkuat pertumbuhan sektor ekonomi mikro secara merata.
Sebaran program pemberdayaan berbasis desa melalui ‘desa tematik’ menyebabkan gerakan pemberdaraan ekonomi yang dilakukan pemkab semakin terarah, dan lebih fokus. Desa tematik merupakan program yang dicanangkan Pemkab Pamekasan agar masing-masing memilih pengembangan ekonomi desa berdasarkan potensi dominan yang ada di desa tersebut.
Program ini sebagai bentuk pengembangan dari program ‘one village, one product/ satu desa, satu produk’ yang pernah dikembangkan di Jepang dan sukses memperkuat ekonomi warga di negara itu.
Program lain yang dinilai menjadi ruh dari upaya membangkitkan ekonomi warga adalah ‘gerakan berbelanja ke warung tetangga’.
Matnin menilai, gerakan ini sebagai implementasi dari nilai-nilai luhur tradisi dan budaya bangsa dalam landasan ideologis bangsa, yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
“Karena itu, tekat Bupati Pamekasan Baddrut Tamam dalam berupaya memperjuangkan kemerdekaan ekonomi warga melalui momentum HUT Ke-77 Kemerdekaan RI kali ini, merupakan momentum yang tepat, serta selaras dengan tema umum, Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat,” kata dosen ilmu ekonomi pada Fakultas Syariah IAI Al-Khairat ini. (CATATAN KIM PAMEKASAN HEBAT)