
PAMEKASAN HEBAT – Wakil Bupati Pamekasan Raja’e menginginkan agar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tetap menyampaikan kritik terhadap pemerintahan yang kini sedang dipimpin oleh mantan aktivis kedua organisasi ektra kampus itu.
“Saat ini saya bersama Pak Bupati Ra Baddrut Tamam dipercaya masyarakat memimpin Pamekasan. Tapi sebagai mantan aktivis, saya dan Ra Baddrut bukan menutup mata untuk menerika kritik dari HMI dan PMII,” kata Raja’e saat menyampaikan sambutan dalam acara pelantikan Pengurus HMI Cabang Pamekasan Komisariat IAIN di aula Pendopo Budaya Pemkab Pamekasan, Minggu (25/11/2018) malam.
Kritik konstruktif dan bertanggung jawab, yakni tidak hanya menyampaikan kritik, akan tetapi juga tawaran solusi, menurut mantan Ketua Umum HMI Cabang Pamekasan ini, sangat dibutuhkan untuk membangun tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Wakil Bupati Pamekasan Raja’ie Minggu (25/11/18) malam hadir secara langsung pada acara Pelantikan Pengurus HMI Komisariat IAIN Madura periode 2018-2019 itu.
Acara yang dirangkai dengam dialog Publik Pemuda dan Dinamika Politik Keumatan itu bagi HMI Komisariat IAIN terasa sangat spesial. Sebab orang nomor dua di Pemkab Pamekasan ini adalah mantan aktivis HMI yang pernah menjabat sebagai Ketau HMI Cabang Pamekasan. Bahkan sebelumnya Raja’ie juga menjabat sebagai Ketua Komisariat STAIN Pamekasan yang kini merubah menjadi Komisariat IAIN Madura.
Selain Raja’ie, pelantikan tersebut juga dihadiri oleh alumni HMI IAIN lainnya, termasauk pengurus Majelis Daerah Korp Alumni HMI (KAHMI) Pamekasan. Sejumlah pengurus organisasi mahasiswa ekstra kampus lain seperti PMII, GMNI dan KAMMI Cabang Pamekasan juga tampak hadir mengikuti acara pelatinkan tersebut.
Wabup lebih lanjut mengatakan, saat ini di Pamekasan merupakan momentum yang spesial bagi HMI dan PMII. Sebab mantan aktivis HMI dan PMII yang masih berusia muda kini tengah memimpin Pamekasan. Badrut Tamam Bupati Pamekasan, kata Raja’ie mantan Ketua PK PMII Jawa Timur dan dia sendiri mantan Ketua HMI Cabang Pamekasan.
Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat untuk memimpin Pamekasan, lanjut Raja’ie, merupakan penghargaan yang mulia bagi mantan aktivis mahasiswa untuk ikut andil dan berperan membangun daerah.
Kepercayaan itu, kata dia, harus dimanfaatkan secara maksimal sebagai ladang pengabdian untuk kemajuan pembangunan. Membangun kreatifitas dan inovasi agar bisa menjalankan tugas kepemimpinan dengan baik.
“Maka sekali lagi, kami berharap agar adik adik HMI, PMII dan aktivis organisasi ekstra kampus lainnya juga terlibat mengawal pelaksanaan pembangunan di Pamekasan dan menyumbang pemikiran yang cerdas untuk perbaikan dan kemajuan pembanguan Pamekasan ini,” ajak Raja’e.
Sekalipun pucuk pimpinan Pamekasan saat ini tengah dipegang oleh mantan aktifis HMI dan PMII, Raja’ie meminta agar jangan sampai para kader HMI dan PMII dan para alumninya tidak berani mengkritik pemerintah. Justru sebaliknya dia berharap agar mereka dan semua organisasi mahasiswa ekstra kampus tetap serius dan konsisten mengkritiasi jalannya pembangunan di Pamekasan.
Raja’ie berjanji akan membantu mempermudah bagi para aktivis mahasiswa jika membutuhkan fasilitas milik daerah untuk kepentingan pengkaderan mereka.
“Silahkan pakai pendopo ini, pendopo bupati, namun semuanya itu dilalui dengan mengikuti mikanisme dan prosedur secara formal,” katanya.
Dan yang paling penting, dia berharap agar kegiatan di organisasi ekstra kampus tidak sampai mengganggu prestasi akademik para mahasiswa. Justru sebaliknya, kata dia, para aktivis mahasiswa harus memiliki prestasi akademik yang bagus. Karena sejatinya kegiatan ekstra kampus itu bisa mengasah kecerdasan otak dan kecerdasan social para mahasiswa.
Wabup berpesan, ada tiga sukses yang harus diperhatikan aktivis mahasiswa ektra kampus terutama HMI, yakni sukses akademik, sukses organisasi dan sukses diri.
Sukses akademik, berarti nilai akademik aktivis harus bagus, sedangkan sukses organisasi, aktivis harus bisa berproses dengan baik di organisasi yang diikuti, memahami kaidah organisasi, visi dan missi, serta implemantasinya di lapangan.
Sementara, pada sukses diri, aktivis hendaknya mampu mengelola dirinya sendiri, sesuai dengan keinginan, pemikiran dan mampu mewarnai kehidupan sosial dari diri pribadinya.
HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia, dirikan pada 5 Februari 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-kawan. Organisasi yang dirikan 2 tahun setelah kemerdekaan Republik Indonesia ini memiliki dua tujuan, yakni mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, dan menyebarluaskan ajaran agama Islam.
Tujuan tujuan awal ini yang kemudian menempatkan peran HMI, yakni sebagai kader umat dan kader bangsa. Kader keummatan HMI dibuktikan dengan sikap independensi organisasi itu, secara etis dan organisatoris. (PAMEKASAN HEBAT)