PAMEKASAN – Kabupaten Pamekasan kini berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam kasus veredaran virus polio, sehingga perlu dilakukan upaya serius untuk memberantas jenis virus tersebut, melalui pemberian vaksin polio.
Dalam situs resmi Diskominfo Pemkab Pamekasan pada 16 Januari 2024 disebutkan, bahwa status KLB Polio untuk Kabupaten Pamekasan itu dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan organisasi kesehatan dunia (WHO/ World Health Organisation) setelah ditemukan ada anak yang terpapar virus polio di kabupaten ini.
Selain Kabupaten Pamekasan, kabupaten lain di Madura yang juga masuk dalam status KLB Polio adalah Kabupaten Sampang dan Bangkalan, serta Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Virus Polio merupakan virus yang termasuk dalam golongan human enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin, Virus polio liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
VDPV diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu 1). Immunodeficient-related VDPV (iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi, 2). Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti transmisi orang ke orang dalam masyarakat, dan 3). Ambiguous VDPV (aVDPV) apabila tidak dapat diklasifikasikan sebagai cVDPV atau iVDPV. Penetapan jenis virus yang dimaksud, ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Identifikasi VDPV berdasarkan tingkat perbedaan dari strain virus OPV.
Virus polio ini juga dikategorikan sebagai VDPV apabila terdapat perbedaan lebih dari 1 persen (lebih besar dari 10 perubahan nukleotida) untuk virus polio tipe 1 dan 3, sedangkan untuk virus polio tipe 2 apabila ada perbedaan lebih dari 0,6 persen ( lebih besar dari 6 perubahan nukleotida).
Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Pada tahun 1950an dan 1960an polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industry. Hal ini setelah pengenalan vaksin yang efektif.
Pada 1988, sejak Prakarsa Pemberantasan Polio Global dimulai, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi polio. Sekarang masih terdapat 3 negara endemis yang melaporkan penularan polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria.
Pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di negara tetangga Papua New Guinea, sehingga diperlukan adanya peningkatan kewaspadaan dini terhadap masuknya virus polio ke Indonesia.
Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
Kebanyakan orang terinfeksi (90 persen) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit
Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
Cara Transmisi atau Penularan
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk.
Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.
Vaksin Polio
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan, kini melakukan vaksinasi terhadap anak usia 0 sampai 8 tahun untuk mencegah peredaran virus polio secara serentak di 13 kecamatan.
“Ini kasus nasional, seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur juga melaksanakan survim (survielans dan imunisasi)” ujar Sub Koordinator Survim Dinkes Pamekasan, Sri Agustini saat menerima kunjungan Kemenkes RI, Senin (15/1/2024).
Dia berharap, masyarakat yang memiliki anak dalam rentang usia 0 sampai 8 tahun untuk mendatangi fasilitas kesehatan guna melakukan imunisasi tambahan untuk buah hatinya. Sehingga, penyebaran virus polio ini dapat diantisipasi dengan baik.
“Ini vaksinnya aman, tidak ada efek sampingnya, itu tetes manis. Jagalah buah hati kita untuk memberikan imunisasi lengkap,” katanya.
Menurutnya, target imunisasi tambahan untuk penyakit polio ini sebanyak 106.000 anak antara usia 0 sampai 8 tahun. Tahap pertama dijadwalkan satu minggu selesai, dan tahap kedua satu minggu berikutnya. (Pamekasan Hebat)