PAMEKASAN HEBAT– Afiful Wadud, warga Dusun Lekoh Barat, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan bertekad mengembangkan usaha jamur tiram, berkat mengikuti program wirausaha baru (WUB) yang dicanangkan Pemkab Pamekasan.
Jamur tiram (pleurotus ostreatus) merupakan jamur pangan dari golongan basidiomycota dan termasuk juga ke dalam kelas homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih atau krem serta tudungnya berupa setengah lingkaran menyerupai cangkang tiram dengan sisi tengah agak cekung.
Jenis jamur ini juga kerap dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Jamur tiram termasuk juga ke dalam jenis jamur kayu. Habitat asli jamur tiram di alam bebas, bisa tumbuh di batang kayu lapuk sepanjang tahun dengan udara yang sejuk.
Tubuh buah jamur tiram mempunyai tangkai yang tumbuh menyamping serta memiliki bentuk seperti tiram (ostreatus) hingga jamur tiram memiliki nama binomial pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur itu berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, sampai putih, dengan permukaan yang nyaris licin, dengan kisaran diameter 5–20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Tidak hanya itu, jamur tiram juga mempunyai spora berupa batang berukuran 8-11×3-4µm dan miselia berwarna putih yang dapat tumbuh dengan cepat.
Di alam bebas, jamur tiram dapat ditemui hampir di sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah tampak saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang udah mulai lapuk atau pokok batang pohon yang udah ditebang lantaran jamur tiram yaitu satu diantara jenis jamur kayu.
Bagi Afiful Wadud, jenis usaha ini tergolong baru. Sebelumnya ia hanya menggeluti bidang pertanian membantu orang tuanya bercocok tanam. Namun, demikian ia sangat bersemangat untuk mengembangkan usaha barunya tersebut.
Tekad bulatnya muncul setelah mengikuti program wirausaha baru (WUB) dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Pamekasan yang sekarang berubah nama menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) dan Ketenagakerjaan Pamekasan.
Afiful Wadud yang akrab disapa Wadud tersebut menyampaikan, adanya pelatihan budidaya jamur tiram selama lima belas hari di rumah A Rofik (Pak Wawan) di Dusun Gardajah, Desa Konang, Kecamatan Galis, Pamekasan yang diselenggarakan Disnakertrans Kabupaten Pamekasan itu membuatnya kepincut untuk menjadi pembudidaya jamur tiram.
“Setelah saya mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram pada 2020 lalu di kediaman Pak A Rofik, saya langsung tertarik berbisnis jamur tiram ini,” katanya pada pamekasanhebat.com, Rabu (3/2/2021).
Menurutnya, usaha jamur tiram di Pamekasan peluangnya cukup besar, karena tidak banyak orang yang berbudidaya jamur tiram. “Jadi, berbekal ilmu yang didapat dari pelatihan itu saya terapkan pada beberapa bibit yang diberikan selepas pelatihan saat itu,” ujarnya.
Pada 9 Desember 2020 dengan modal awal Rp3 juta, Wadud mulai mengejawantahkan tekadnya dengan membeli bibit jamur tiram sebanyak 500 baglog. “Untuk ukuran tempat budidayanya waktu itu saya buat dengan ukuran 3×4 meter. Cukuplah berbudidaya 500 bibit dengan luas lahan segitu,” kata sarjana ekonomi di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang tersebut.
Dari hari ke hari, lulusa S2 UINSA Surabaya tersebut terus belajar membudidayakan jamur tiram. Mulai dari mempelajari bibit unggulnya seperti apa, cara menyemai, hingga bagaimana cara mengolah jamur tiram ketika sudah panen.
Semangat Tambah Modal Usaha

Pelatihan budidaya jamur tiram yang didapat, serta pengalaman menjalani manisnya budidaya jamurnya sejak 9 Desember 2020 lalu hingga saat ini membuatnya berkeinginan menambah modal usahanya.
Ditambah bekal teori budidaya jamur tiram yang didapatnya saat kuliah di UNITRI, Wadud meyakini usahanya akan mendulang rupiah untuk menaikkan pendapatan ekonominya.
“Sampai saat ini saya memiliki bibit sebanyak 1300 baglog, dan saat ini pula saya sudah membuat lahan yang diperkirakan akan menampung hingga 10 ribu bibit jamur tiram,” kata dosen STIE Walisongo Sampang itu.
“Untuk luas lahannya, kira-kira 5 x 8 meter. Itu untuk menampung tambahan bibit jamur tiram tersebut,” imbuhnya.
Meskipun hingga kini belum bisa meraup yang banyak dengan onzet yang masih terbatas sebab belum menjual dengan skala besar, ia tetap optimistis usahanya di bidang budidaya jamur tiram ini pada akhirnya akan menuai hasil yang maksimal.
“Sebenarnya jika bicara omzet, belum, karena selama ini saya hanya menjual ke tetangga dan sesekali dititipkan untuk dijual di pasar. Jadi, saya tidak menghitung berapa omzetnya,” ucap Wadud.
Jamur tiram, di kalangan masyarakat dikenal tidak hanya sebagai jamur mentah, namun juga dapat diolah menjadi beberapa macam produk olahan. Dari budidaya jamur tira itu, Wadud berpikir progresif.
Sembari menambahkan bibit, ia juga memikirkan bagaimana mengolah jamur tiram ini tidak sekadar jamur mentah, melainkan dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Maka timbul gagasan untuk mengolah jamur tiram menjadi produk olahan.
“Untuk sementara, hanya dijadikan kripik. Namun, kedepannya saya berniat mengolah jamur tiram ini menjadi beberapa produk olahan seperti, jamur tiram crispy, bahkan mungkin steak, dan puding jamur tiram,” katanya bersemangat.
Bahkan, Wadud tidak lagi berpikir bahwa usaha yang digelutinya tidak kurang dari dua bulan ini akan merugi. Ia sangat optimis usahanya akan lancar dan sukses. “Meskipun hingga saat ini saya juga belum tahu pangsa pasarnya, namun saya tetap akan terus berjuang untuk usaha saya ini,” ungkapnya.
Afiful Wadud merupakan satu dari ribuan warga Pamekasan yang ikut dalam program pelatikan Wirausah Baru (WUB) yang dicanangkan Pemkab Pamekasan sejak Bupati Pamekasan Baddrut Tamam memimpin kabupaten ini.
Budidaya pertanian, merupakan salah satu jenis pelatihan dalam rangka menciptakan pengusaha baru yang difasilitasi Pemkab Pamekasan, disamping keterampilan jenis lain berupa pembuatan sepatu, tas dan keterampilan menjahit.
Tambah Peserta dan Jenis Pelatihan

Pada tahun 2021 ini, Pemkab Pamekasan terus berupaya untuk mengawal dan mensukseskan program Wirausaha Baru (WUB) dengan menambah peserta dan jenis pelatihan, termasuk meminta sejumlah perusahaan memberikan bantuan CSR (Corporate Social Responsibility).
Menurut Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, hal itu dilakukan sebagai bentuk ikhtiar Pemkab Pamekasan dalam memajukan Pamekasan terutama dalam bidang ekonomi. Bupati muda ini menjelaskan, pemkab tidak hanya memberikan pelatihan saja, akan tetapi terus mengawal mereka hingga usaha berjalan sesuai harapan.
Pembinaan berkelanjutan pascapelatihan, serta memfasilitas para peserta program WUB dalam bidang pinjaman modal usaha berbunga rendah juga dilakukan, disamping mengarahkan para peserta program WUB itu agar mengantongi izin usaha.
“Selain diberi pelatihan, bantuan modal usaha, peralatan kerja, bantuan saran publikasi dan pemasaran hasil usahanya, mereka juga akan kami kawal, kami jaga agar tetap memiliki jiwa intrepreneurship, menjadi pengusaha beneran dan tidak luntur ditengah jalan,” kata Baddrut Tamam kepada wartawan.
Terkait dengan itu, maka pada tahun 2021 ini, pemkab melalui dinas terkait juga menambah kuota peseta pelatihan untuk WUB pada 2021 dari sebelumnya pada tahun 2020 hanya 66 kelompok dengan jumlah 1.100 peserta, maka pada tahun ini akan naik menjadi 80 kelompok atau sekitar 1.600 peserta.
Selain jumlah kelompok yang bertambah, jumlah paket atau jenis pelatihannya juga bertambah. Jika pada tahun 2020 pelatihan yang disediakan hanya 22 macam jenis pelatihan, maka pada tahun 2021 sebanyak 27 paket pelatihan.
Ada beberapa jenis pelatihan baru yang dibutuhkan masyarakat yang juga tengah diprogramkan. Diantaranya, pelatihan membuat kecap, pelatihan ukir ukiran, dan pelatihan pengolahan tempe dan tahu dan pembuatan rokok linting.
Sesuai komitmen Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, warga yang dilatih dalam program WUB pada 2020 tidak dibiarkan begitu saja. Para fasilitator yang 42 orang juga ditugaskan memetakan para peserta yang sudah selesai dilatih ke dalam beberapa kategori atau kelompok untuk memetakan output dari pelatihan WUB tahun 2020 lalu dan pembinaan selanjutnya.
Para peserta pelatihan WUB 2020 terbagi menjadi beberapa kategori atau tingkatan. Kategori pertama adalah peserta yang tidak ada kendala baik modal dan alat, dan sudah bisa menyerap tenaga kerja. Kedua adalah mereka yang sudah bisa berusaha, namun belum bisa menyerap tenaga kerja, kategori ketiga adalah mereka sudah dilatih dan alatnya sudah ada, namun modalnya belum ada, sudah menunjukkan usahanya namun ada kendala modal. Keempat adalah peserta yang sudah dilatih namun belum bisa apa apa.
Bupati juga menjelaskan, pada tahun 2020 sudah ada perusahan yang memberikan bantuan, namun tahun ini, jumlah perusahaan yang memberikan bantuan CSR ke Pemkab Pamekasan guna mendukung program WUB itu juga bertambah. Di antaranya PT Taspen dan beberapa perusahaan yang berasal dari Jakarta.
“Jenis bantuannya bisa berupa alat-alat kerja maupun bantuan teknis lainnya, seperti yang telah dilakukan oleh Bank Jatim. Bank Jatim ini banyak membantu pelaratan, seperti mesin jahid, dan alat-alat lainnya,” kata Bupati Baddrut Tamam, menjelaskan. (A1/HSN/ PAMEKASAN HEBAT)
Salam pemberdayaan semoga ilmu untuk mengembangkan potensi masyarakat dalan memenuhi kebutuhan hidup ekonominya tercukupi .
Sukses terus salam pemberdayaan
SukaSuka